Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Seminar Bahasa Internasional dan Muktamar Nasional ITHLA Ke-4 merupakan ajang silaturahmi mahasiswa dan mahasiswi bahasa arab se-indonesia, yang dimaksud dengan mahasiswa/i bahasa arab adalah mereka yang berada di dalam program studi PBA ( Pendidikan Bahasa Arab ), BSA ( Bahasa dan Sastra Arab Arab ) dan ALIF ( Arabic Literature Focus ). Dibawah naungan ITHLA ( Itihadu Thalabah Al Lughah Al Arabiyyah ) kami semua berkumpul dalam sebuah wadah organisasi berbasis program studi, dimana didalamnya kami dapat bertukar fikiran juga saling mengenal satu sama lain.
Ditahun ke-4 didirikannya ITHLA, ITHLA mengadakan Kemah Bahasa Arab dan Muktamar Nasional yang mana pada tahun ini bertempat di Bandung tepatnya di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Acara ini dihadiri lebih dari 50 instansi, diantaranya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, dan yang lainya, dengan peserta lebih dari 500 orang mewakili seluruh pulau pulau besar dari sabang sampai merauke.
Acara kemah dan muktamar ini berlangsung selama 3 hari, dari tanggal 27 – 29 November 2015, didalamnya terdapat serangkaian acara yang dikemas secara menarik dan tentunya berkaitan dengan bahasa Arab, seperti Seminar tentang Stylistika bahasa, Harmonisasi Bahasa,dan lain sebagainya. Lain daripada itu didalamnya juga terdapat pentas seni yang menghimpun ragam budaya indonesia yang ditampilkan oleh masing masing kontingen.
Angklung adalah salah satu alat musik tradisional warisan
nusantara yang dikembangkan oleh para leluhur kita di masa lalu. Sebagai
bangsa indonesia, kita sudah sepatutnya kaya bahwa negara kita penuh
dengan warisan budaya yang begitu kaya dan kini warga negara asing pun
banyak yang tertarik untuk mempelajari musik angklung.
Alat musik angklung adalah alat musik tradisional yang terbuat
dari bambu dan didesain sedemikian rupa oleh penciptanya untuk
menghasilkan suara yang indah dan enak untuk didengar. Nada yang dapat
dimainkan oleh angklung sangat beragam, selain itu alat musik angklung
dapat dikolaborasikan pula dengan aransemen musik yang lain. Kini, alat
musik angklung telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
Pengakuan ini sangatlah dirasa penting bagi Indonesia karena berguna
untuk menghindari pengakuan bangsa lain atas khasanah budaya bangsa yang
kita miliki.
Dalam wikipedia, dijelaskan bahwa angklung adalah alat musik
tradisional yang pertama kali berkembang pada masyarakat berbahasa sunda
di Jawa Barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara
digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga
menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada
dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Angklung terdaftar sebagai
Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Non Bendawi Manusia dari Unesco
sejak November 2010.
Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan Sunda (abad
ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu, seperti
angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris
dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal
ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip). MasyarakatBaduy, yang dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga, Bogor,
adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau.
Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan
untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.
Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut
adalah bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen). Tiap nada
(laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah
(wilahan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan sunda,
di antaranya sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi
angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada
masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat
melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat
popularitas angklung menurun dan hanya di mainkan oleh anak- anak pada
waktu itu.
Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut
disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang
bambu yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik
bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung. Demikian pula pada saat
pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama
pada penyajian Angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini
menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak-arakan atau helaran,
bahkan di sebagian tempat menjadi iring-iringan Rengkong dan Dongdang
serta Jampana (usungan pangan) dan sebagainya.
Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1996 tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.
Kini, sebagai penghormatan pada budaya bangsa, untuk kesekian
kalinya SMP laboratorium UPI kembali menghadirkan La Bamboos 2012
sebagai ajang menunjukkan keahlian dalam memainkan musik angklung.
Melalui event ini diharapkan bahwa generasi muda akan semakin tinggi
tingkat apresiasi nya terhadap musik tradisional warisan nenek moyang
kita sendiri.
Malam jumat yang indah nan temaram di Ma’had Darullughah Wadda’wah hari itu beda dari biasanya, malam yang penuh barokah tersebut selain diisi dengan pembacaan yaasin, tahlil serta maulid juga menghadirkan dua Narasumber yang berkapabilitas di bidangnya masing-masing yaitu Prof. Dr. Muhammad Baharun M.H.I (Rektor UNAS PASIM Bandung) dan Letkol. Inf. Hery Suprapto (DANDIM Pasuruan) yang dikemas dalam acara Seminar Wawasan Kebangsaan yang bertema “Membangun Generasi Berakhlak Mulia dalam Rangka Mewujudkan Kemandirian dan Kedaulatan NKRI”.
Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Quran dan dilanjutkan dengan pemaparan singkat tentang tema yang diangkat pada seminar kali itu oleh moderator yang diisi oleh Ustadz Ahmad Fauzi Hamzah (Waka Rektor III). Dilanjutkan dengan gambaran pembentukan bangsa yang berdaulat oleh Letkol. Inf. Hery Suprapto yang intinya adalah kita harus selalu mendukung dan melindungi Indonesia secara penuh, karena apa yang dilakukan pemerintah dan staf-stafnya itu dalam rangka kesejahteraan rakyat, dan juga tugas mahasiswa yang sekaligus santri yang ada di Darullughah Wadda’wah hendaknya menjadi mercusuar panutan mahasiswa di tempat lain, karena dengan asas pengetahuan dan akhlak yang saling melengkapi tersebut sudah sepantasnya mahasiswa santri menunjukkan kewibaan dan keagungan akhlak yang dimiliki.
Setelah itu Prof. Dr. Muhammad Baharun selaku narasumber kedua pada acara seminar tersebut menyampaikan tentang urgensi da’wah yang harusnya dilakukan oleh para santri di era kekinian, hal ini karena melihat realita yang ada pada saat ini dengan begitu gencarnya sekte-sekte sesat merusak akhlak dan keyakinan bangsa, sehingga jangan salahkan saat ini Indonesia terpecah belah dan tak berwibawa akibat ulah dari rakyat yang sulit disatukan, dan juga beliau memberi motivasi kepada para mahasiswa maupun santri untuk berda’wah dengan tema-tema urgent kekinian, sehingga da’wah kita tak monoton karena melulu membahas tentang hal-hal yang sudah jelas dan itu-itu saja, sehingga orang awam pun bisa mendapat sumber yang pas tentang hal yang sedang menjadi buah bibir dan bisa mengambil sikap terbaik dalam menyikapi setiap realita
Menyambut datangnya bulan November, BEM INI DALWA kembali membuat agenda yang lain dari sebelumnya, kali itu teman-teman BEM mengadakan kunjungan ke seluruh kampus yang ada di lingkungan kabupaten dan kota Pasuruan. Kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat tali silaturahmi dan persaudaraan antar sesama BEM di masing-masing kampus ini disambut meriah oleh anggota BEM kampus tujuan. “Saya sangat bangga dengan BEM INI DALWA yang telah mempelopori silaturahmi antar BEM, semoga BEM INI DALWA lebih maju lagi” ujar Dedy Eka Surya selaku Presiden BEM STKIP tahun 2014-2015. Kampus yang saat itu dikunjungi antara lain Universitas Merdeka Pasuruan, STKIP Pasuruan, STAI Salahuddin, STAI Al-Yasini, STIT Muhammadiyah, STAI Pancawahana dan STIE Yadika Selain itu kegiatan ini juga mempunyai maksud untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan agar hal positif yang dimiliki dari BEM diberbagai kampus bisa diterapkan di lingkungan INI DALWA
Siapa yang tak tahu Masjid Istiqlal. Masjid megah yang berdiri di atas tanah seluas 93.200 meter persegi ini mampu menampung hingga 200.000 jamaah dan menjadi masjid negara Republik Indonesia. Terletak di pusat ibukota Jakarta, Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara. Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Soekarno. Masjid ini memiliki gaya arsitektur modern dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat. Bangunan utama masjid dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut selatan selasar masjid.
2. MASJID SUNDA KELAPA
Masjid Agung Sunda Kelapa terletak di Jl. Taman Sunda Kelapa Nomor 16, Menteng, Jakarta Pusat, menduduki tanah seluas 9.920 meter persegi. Tak seperti masjid pada umumnya, Masjid Sunda Kelapa tak memiliki kubah, bedug, bintang-bulan, dan sederet simbol yang biasa terdapat dalam sebuah masjid. Menara yang ada pun sangat unik. Bentuk bangunannya mirip perahu, sebagai simbol pelabuhan Sunda Kelapa tempat saudagar muslim berdagang dan menyebarkan syariat Islam di masa lalu.
3. MASJID AT-TIN
Masjid yang terletak di Jalan Raya Taman Mini Pintu 1, Jakarta Timur ini memiliki luas bangunan mencapai 10.000 meter persegi. Masjid megah ini mampu menampung hingga 25.000 jamaah. Bangunan Masjid At-Tin mengambil dasar bentuk kubus dengan empat menara kecil beratap kubah di setiap sudut. Menara utama setinggi 42 meter sebagai tempat menyiarkan suara azan terpisah dari bangunan utama.
4. MASJID AL-BINA
Masjid yang memiliki desain Timur Tengah ini berdiri pada tahun 2000, dengan luas bangunan 1800 m2eter persegi mampu menampung 4000 jamaah. Masjid ini terletak di komplek Istora Bung Karno, lebih tepatnya di Jalan Pintu Satu Gelora Bung Karno Senayan Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
5. MASJID AGUNG AL AZHAR
Masjid yang berada di komplek Perguruan Al Azhar, Jalan Singsingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Memiliki luas bangunan mencapai 43.755 meter pesegi dapat menampung 10.000 jamaah. Bangunan Masjid Agung Al-Azhar dibuat dengan perpaduan gaya arsitektur Masjid Hij’ di Saudi Arabia dan Masjid Qibtiyah di Mesir.
Di Pantai Lekok, selain menikmati pemandangan pantai dan laut yang eksotis, anda juga bisa melihat banyak pertunjukan rakyat. Antara lain ski di atas lumpur atau celot alias ski lot. Olahraga ini adalah budaya tradisional masyarakat nelayan Pantai Lekok. Biasanya ski lot digelar setiap tahun pada hari Lebaran Ketupat.
Apa menariknya? Para peserta ski lot harus meluncur di atas lumpur, plus berusaha menangkap lele, kepiting, dan belut. Arenanya berupa lahan penuh Lumpur dari bekas tambak yang dikeringkan airnya. Selalu seru. Pesertanya bukan hanya cowok, tapi juga kaum hawa.
Selain skilot sering juga diadakan Lomba Perahu Hias dan Lomba Payung di Pantai Lekok.
#2 Pemandian Alam Banyu Biru
Pemandian Alam Banyu Biru adalah tempat anda melepas lelah sambil berenang. Pemandangannya masih alami. Banyak pohon dan tetumbuhan rindang. Di kolam ada juga ikan sengkaring, yang dikeramatkan. Ga ada warga yang menyentuhnya. Panjang ikan sengkaring bisa mencapai satu meter.
Pemandian Alam Banyu Biru sudah dikenal sejak jaman Belanda. Buktingnya ada foto kuno tahun 1900-an koleksi KILTV dan Tropen Museum Belanda. Turis Eropa juga masih suka kesini. Dulu tempat ini konon bernama Telaga Wilis, dan masih banyak monyetnya. Sekarang monyetnya musnah, berganti monyet yang buang sampah sembarangan, hehehe..
Oh ya, ada juga arca di areal Pemandian Alam Banyu Biru. Konon dikumpulkan para kumpeni tahun 1929-an. Ada yang namanya Batara Kala. Jadi kesimpulan sementara, pemandian tersebut adalah petilasan Raja Majapahit Hayam Wuruk untuk mandi menghilangkan penat dan pening.
Lokasi pas Pemandian Alam banyu Biru adalah di Desa Sumberrejo Kec. Winongan Kab. Pasuruan. Anda dapat mencapainya dalam perjalanan 15 km dari arah kota Pasuruan. Cukup dekat.
#3 Candi Jawi
Candi Jawi adalah candi yang dibangun zaman Kertanegara, Raja terakhir Singasari, sekitar abad ke-13. Letaknya di desa Candi Wates, Tretes, Pandaan, Prigen, hanya 40 menit dari Surabaya. ArsitekturCandi Jawi perpaduan Hindu dan Budha. Bagian puncaknya berupa stupa. Candi Jawi dibangun dari batu andesit. Tinggi Bangunan Candi 24,50 meter, panjang 14,20 meter dan lebar 9,50 meter.
Candi Jawi merupakan tempat pedharmaan atau penyimpanan abu dari Raja Kertanegara. Seluruh kompleks Candi Jawi terhampar di atas lahan seluas 40 x 60 meter persegi serta dikelilingi pagar bata setinggi dua meter. Bangunan candi dilindungi parit yang banyak dihiasi oleh bunga teratai. Bentuk candi berkaki Siwa dan berpundak Buddha dengan ketinggian sekitar 24,5 meter dengan panjang 14,2 m serta lebar 9,5 m.
Candi Jawi sendiri dipugar untuk kedua kali pada tahun 1938-1941 pada masa pemerintahan Hindia Belanda karena runtuh. Perbaikannya dilakukan kembali tahun 1975-1980 dan diresmikan tahun 1982. Sayang, arca-arca peninggalan yang ada di Candi Jawi kini telah hilang lantaran telah dipindahkan ke Museum dan sebagian ke tempat-tempat komersial.
Untuk melestarikannya, pada setiap malam bulan purnama, di komplek candi jawi diadakan Pentas Seni Bulan Purnama yang mempertunjukan seni tari tentang kisah Legenda asal muasal Candi Jawi. Dalam tarian tersebut, diceritakan tentang seorang Puteri Bali yang sangat cantik. Namun karena kecantikannya ia terpaksa kabur dan tinggal menetap di jawa. Pasalnya, banyak raja-raja yang berkeinginan untuk mempersuntingnya sebagai permaisuri.
#4 Candi Gunung Gangsir
Candi Gunung Gangsir sering disebut Candi Kebon Candi karena terletak di Dukuh Kebon Candi, Desa Gunung Gangsir, Beji, Pasuruan. Kata ‘gangsir’ berarti menggali lubang di bawah permukaan tanah. Konon dulu ada orang yang berusaha ‘menggangsir’ gunung ini untuk mencuri benda-benda berharga di dalam bangunan candi ini.
Candi Gunung Gangsir dibangun dari batu bata ini. Keseluruhannya ada empat lantai, dengan dua lantai dasar yang menjadi tubuh dan atap candi. Denah lantai dasar merupakan segi empat dengan sebuah tonjolan pada sisi timur, berlawanan arah dengan keletakan tangga. Denah tubuh dan atap candi juga segi empat, tetapi pada bagian ini keempat sisi dinding tubuh candi memiliki sebuah bidang tonjolan yang ramping.
Sekarang kondisi candi berupa runtuhan, dan hampir semua sudut pada lantai-lantai dalam keadaan rusak, begitu juga pada bagian-bagian yang horisontal, tempat bertemuya lantai-lantai tersebut, sedangkan bagian puncak candi telah hilang. Akibat kerusakan ini, bangunan candi Gunung Gangsir tampak seperti bentuk piramida yang telah terpotong bagian atapnya.
Konon candi Gunung Gangsir dibangun pada masa pemerintahan Raja Airlangga, yaitu sekitar abad ke-11 M.
#5 Panorama Gunung Bromo
Panorama Gunung Bromo memang ga ada matinya. Anda dapat menikmatinya dari Pasuruan ini. Tempat paling favorit adalah Penanjakan. Kita bisa menikmati matahari terbit, udara segar, dan pemandangan laut pasir yang luas tak terbatas. Udara sejuk dengan suhu rata rata 5°C s/d 8°C dengan ketinggian 3.676 meter dpl. Penanjakan dapat dicapai melalui Nongkojajar, jaraknya 40 km dari kota Pasuruan. Dari Malang atau Surabaya berjarak 85-90 km.
Selain Panorama Gunung Bromo, anda dapat merasakan sensasi bersentuhan dengan masyarakat Suku Tengger. Mereka masih mempunyai adat istiadat alias tradisi yang terus dijaga. Konon mereka keturunan para prajurit Majapahit yang terdesak akibat perkembangan agama Islam di akhir abad ke-13. Mereka tetap bertahan dengan budaya nenek moyang.
Masyarakat Tengger beragama Hindu dan bekerja sebagai petani sayur-sayuran. Namun ada keputusan dari Parisada Hindu Darma Wasya yang menyatakan rakyat Tengger memeluk agamaBudha Wahayana karena tidak memiliki candi dalam melakukan upacara. Mereka melakukan peribadatan diadakan di punden-punden atau Danyang. Yadnya Kasada merupakan Upacara Sakral yang dilakukan di Poten dan Kawah Gunung Bromo dengan harapan agar mereka diberi Keselamatan dan Kebahagiaan disamping itu juga diadakan Pemilihan dan Pelantikan Dukun.
#6 Danau Ranu Grati
Ranu Grati atau Danau Grati adalah danau yang luasnya 107 hektar dengan latar belakang pegunungan Tengger. Lokasinya sekitar 30 menit dari kota Pasuruan, atau 5 menit dari pertigaan Sumurwaru Grati. Anda bisa menikmati panorama indah alam sekitar, juga bisa naik perahu, mancing, bersepeda air. Cocok untuk keluarga dengan anak-anak yang usil, atau sekelompok remaja gaul yang galau, tapi kakek nenek juga cocok, termasuk pemuda jomblo yang sibuk mencari cinta. Apalagi buat pasangan muda yang sedang berbulan madu.
Ranu Grati dipenuhi keramba apung sebagai tempat budi daya ikan air tawar. Ada banyak ikan dibudidayakan, sebut saja nila merah, gurami, wader, mujair dan ikan lempuk. Kalau anda berminat anda bisa membeli dari para penjual atau nelayan. Harganya pun terjangkau.
Masyarakat sekitar Ranu Grati masih menggelar tradisi distrikan, yaitu upacara larung sesaji kepada Tuhan yang Maha Esa.
#7 Taman Safari Indonesia II
Taman Safari Indonesia II hanya julukan saja. Nama sebenarnya Taman Safari Prigen, berlokasi di Taman Nasional Gunung Arjuna, Prigen. Konon merupakan safari park terbesar di Asia. Taman Prigen juga pusat konservasi satwa ex-situ paling sukses dalam penyelamatan Banteng Jawa dan Gajah Sumatera di dunia.
Taman Safari yang menempati kawasan dengan pemandangan paling indah di salah satu sudut Taman Nasional Gunung Arjuna – Prigen Jawa Timur ini, ditunjuk oleh pemerintah sebagai Stud Book Keeper (penjaga silsilah) bagi Gajah Sumatera dan Banteng Jawa yang sangat dilindungi di luar habitatnya.
#8 Masjid Cheng Ho
Masjid Cheng Ho dibangun untuk mengenang jasa Cheng Ho, laksamana Muslim Tionghoa. Masjid ini berarsitektur China, mirip rumah peribadatan Kong Hu Chu. Anda yang suka wisata ziarah dapat berkunjung kesini. Ini juga tempat perkumpulan warga Tionghoa Indonesia yang berasal dari seluruh Jawa Timur. Lokasinya di sebelah utara Pasar Buah Kasri Pandaan.
#9 Air Terjun Coban Baung
Air Terjun Coban Baung punya ketinggian seratus meter. Kawasan ini terletak dalam kawasan hutan wisata dengan udara sejuk dikelilingi aneka pohon yang rindang. Ada juga lapangan tempat berkemah bagi yang suka kegiatan pecinta alam.
Air terjun Coban Baung adalah pertemuan dua aliran sungai, yaitu Sungai Beji dan Sungai Welang. Ini dua sungai yang terus menerus mengalir airnya sepanjang tahun, kagak pernah mati. Banyak tebing tinggi di sekitar Coban Baung, yang tentu menambah keindahan tempat ini.
Selain air terjun Coban Baung, di sisi timur Gunung Baung juga ada empat air terjun dengan ketinggian 10 – 20 meter, letaknya di sepanjang aliran Sungai Beji. Keindahannya juga tidak kalah dengan air terjun Coban Baung. dimana saat ini telah dibuka Ecological Rafting, mempunyai durasi 2,5 – 3 jam yang cukup menarik dan menantang. Rafting ini mempunyai karakteristik yang unik, karena di dalam kawasan konservasi yang masih alami dan pemandangan hutan beserta isinya yang masih terjaga satwa tanaman liar yang khas hutan dataran rendah.
Air terjun Coban Baung ini terletak di Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi, Pasuruan. Berjarak sekitar 65 km dari Surabaya dengan waktu tempuh sekitar 90 menit atau 30 km dari Malang dengan waktu tempuh 45 menit. Untuk mencapai lokasi air terjun ini dapat dicapai dengan mudah, baik dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Bila dari arah perjalanan Surabaya – Malang, belok kiri ke jalan kecil yang tepat pada persimpangan kecil sebelum pagar pembatas Kebun Raya Purwodadi. Jalan kecil ini cukup dilalui mobil dan akan akan berakhir diareal parkir wisata air terjun (4 km jauhnya). Selanjutnya untuk menuju ke lokasi masih harus berjalan kaki lagi sekitar 200 meter kebawah menuruni anak tangga yang telah tersusun rapi dan terbuat dari lapisan batu dan semen.
#10 Kawasan Tretes
Kawasan Tretes Prigen yang terletak di kaki gunung Welirang dan gunung Arjuna dengan kondisi alamnya yang berhawa dingin dan sejuk ini merupakan salah satu objek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, dengan keindahan alamnya yang berlatar belakang pegunungan. Kawasan ini letaknya sangat strategis dengan jarak tempuh sekitar 1 jam dari kota Pasuruan, juga dapat di tempuh dari Surabaya sekitar 45 menit.
Kawasan wisata Tretes ini ditunjang pula dengan sarana prasarana yang lengkap mulai hotel berbintang, hotel melati dan pondok wisata sampai dengan fasilitas penunjang lainnya misalnya, kolam renang, restoran / rumah makan, lapangan tennis, kebun anggrek, arena pacuan kuda, lapangan golf.
Kawasan ini sangat cocok untuk wisata keluarga, dimana wisatawan dapat menikmati panorama keindahan alamnya sambil berkuda serta menikmati aneka makanan yang dijajakan oleh pedagang kaki lima. Wisatawan dapat pula menikmati wana wisata yang dikelilingi oleh hutan pinus, akasia, kaliandra serta mahoni. Sambil berkemah. Di tempat ini terdapat taman rekreasi anak, dan kita dapat menikmati gemericiknya air dari air terjun kakek bodo yang memiliki ketinggian 40 meter.